by Nashef Rahman on Friday, October 1, 2010 at 8:47pm ·
Sesampainya
disebuah gerbang sekolah yang penuh dengan orang-orang yang bisa
dikatakan sedang mendemoi seorang pekerja sekolah. Beberapa menit
kemudian gerbangpun dibuka. Mereka seperti air yang tumpah akibat penuh.
Pada saat itu, aku hanya menunggu sampai air itu meluas sampai ke luar
sekolah. Langkahku mengingatkanku, mengapa aku disini? Pada saat itu
banyak putra-putri indonesia dibodohi oleh beberapa macam style. Dalam
hatiku bertanya, apa sebenarnya tujuan mereka datang kesekolah dari
kejauhan menggunakan mesin beroda dua? Lantas dengan perbuatan yang
mereka lakukan dipinggir jalan dengan menghisap-hisap sebuah batang
tembakau. Memang sebuah batang tersebut cukup terjangkau dengan durasi
sekitar 3 menit, uang yang mereka keluarkan disulap menjadi sebuah abu
yang berbahaya dan tak berguna.
Pada saat itu tak banyak orang yang melihat aku memakai alat bantu beroda dua yang dipinjamkan dari sekolah merasa ada sebuah titik tawa bahak dariku. Tak tahu mengapa? Apakah mereka berfikir dengan menggunakan mesin itu mereka lebih mudah dan aman ke berbagai daerah? Disitulah ciri khasku. Aku biasa dipanggil "mail" dengan sepeda tua milik sekolah. Aku bangga dengan diriku. Karena diriku tidak dirugikan dengan sebuah mesin yang banyak memberikan mudharat daripada manfaat. Ku ingat sebuah negeri impianku, yaitu negeri matahari. Meskipun disana teknologinya sangat pesat, banyak orang yang sadar akan lingkungannya. Satu hal yang saya ingat dari guru yang biasa disebut"edan"oleh sebagian siswa, dia adalah guru terbaik bagiku. Sebagai orang teknik dia menjelaskan keterkaitan ilmu pasti dengan prediksi pemusnahan bumi tahun 2012. Entah itu terjadi atau tidak. Setelah aku memahami maksudnya, hatiku menjadi terpaku pada dosa-dosa yang telah lalu. Dunia ini pasti kiamat. Dengan meningkatnya populasi perokok dan pemilik kendaraan bermotor setiap harinya, sangat tak mungkin kedua titik acuan kiamat yaitu kutub utara dan selatan mencair setiap harinya.
Setelah Tuhan menjadikan air wbah itu membeku, akhirnya Dia mencairknnya kembali
Pada saat itu tak banyak orang yang melihat aku memakai alat bantu beroda dua yang dipinjamkan dari sekolah merasa ada sebuah titik tawa bahak dariku. Tak tahu mengapa? Apakah mereka berfikir dengan menggunakan mesin itu mereka lebih mudah dan aman ke berbagai daerah? Disitulah ciri khasku. Aku biasa dipanggil "mail" dengan sepeda tua milik sekolah. Aku bangga dengan diriku. Karena diriku tidak dirugikan dengan sebuah mesin yang banyak memberikan mudharat daripada manfaat. Ku ingat sebuah negeri impianku, yaitu negeri matahari. Meskipun disana teknologinya sangat pesat, banyak orang yang sadar akan lingkungannya. Satu hal yang saya ingat dari guru yang biasa disebut"edan"oleh sebagian siswa, dia adalah guru terbaik bagiku. Sebagai orang teknik dia menjelaskan keterkaitan ilmu pasti dengan prediksi pemusnahan bumi tahun 2012. Entah itu terjadi atau tidak. Setelah aku memahami maksudnya, hatiku menjadi terpaku pada dosa-dosa yang telah lalu. Dunia ini pasti kiamat. Dengan meningkatnya populasi perokok dan pemilik kendaraan bermotor setiap harinya, sangat tak mungkin kedua titik acuan kiamat yaitu kutub utara dan selatan mencair setiap harinya.
Setelah Tuhan menjadikan air wbah itu membeku, akhirnya Dia mencairknnya kembali
No comments:
Post a Comment